(Sebuah alat bantu dalam merancang program )
Untuk Keuskupan Palangkayara, 30 April – 2 Mei 2019
Merancang
program atau membuat proposal, seringkali dianggap membuang-buang waktu dan
kurang bermanfaat. Lebih baik langsung mengadakan aksi, bukan dengan
berlama-lama membuat konsep yang nota bene belum tentu direalisasikan. Apalagi
proposal ini berkaitan dengan kegiatan pastoral. Pandangan orang cenderung
langsung diarahkan kepada pertanyaan : berapa uang yang digunakan untuk
mensukseskan program tersebut. Daripada memikirkan banyak uang yang
dikeluarkan, lebih baik langsung
berkegiatan saja. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman bersama berkaitan dengan
‘apa saja’ yang ada dalam sebuah proposal.
•
Di
dalamnya ada proses yang bertahap dalam siklus proyek untuk memastikan
terjadinya proses pengambilan keputusan yang terstruktur dan terinformasikan
dengan baik. (Berorientasi pada hasil)
•
Berorientasi
pada masyarakat yang dilayani karena proses dilakukan secara partisipatif
dengan melibatkan stakeholder yang relevan.
•
Proposal
yang dirancang secara baik, pasti memikirkan aspek kontinuitas/keberlanjutan
atau sustainability.
•
Memastikan
adanya kerangka berpikir logis ( Logical Framework ) untuk memastikan
proses analisis yang konsisten dan berbasis pada penyelesaian masalah.
•
Merupakan
pendekatan yang terpadu yang menghubungkan antara kebutuhan atau
permasalahan yang dihadapi masyarakat dan visi-misi serta orientasi pelayanan
lembaga.
•
Proposal
harus merupakan bentuk tanggungjawab kita terhadap kelompok dampingan dan
lembaga tempat kita bekerja.
•
Proposal harus dapat memberikan gambaran yang
jelas dan transparan tentang apa yang sudah, belum dan akan dilakukan. Proposal
tersebut lebih berperan sebagai ‘penuntun’ atau ‘pengarah’ kegiatan.
CIRI SEBUAH PROPOSAL YANG BAIK
1.
Menjadikan kelompok dampingan / kelompok
sasar sebagai subyek. Mereka dilibatkan sejak awal.
2.
Berciri Inside-out = apa yang kita sampaikan, apa
yang diungkapkan harus berasal dari apa yang kita alami, rasakan dan lakukan.
Dalam kaitan dengan hal ini, banyak sponsor yang menginginkan agar program yang
diajukan merupakan kelanjutan dari proses yang sudah dilakukan sebelumnya.
3.
Terkandung unsur memobilisasi sumber daya
(mobilizing resources for people ) dan memobilisasi orang (mobilizing
people for resources). Dalam kaitan dengan ini, harus terdiri dari
orang-orang yang mampu bekerja (memiliki pengetahuan, skill dan pengalaman) dan
pekerjaannya dihargai secara wajar berdasarkan
standar kehidupan yang ditetapkan di suatu daerah.
4.
Di dalamnya terkandung kegiatan yang
melibatkan partisipasi kaum wanita
5.
Kegiatan pemberdayaan diarahkan
untuk memperkuat kedudukan masyarakat
sebagai kesatuan yang harus bertumbuh dan berkembang (empowering people for
self-reliance).
6.
Memiliki kemampuan swadaya dalam setiap
pelaksanaan program.
CARA-CARA MEMBUAT PROPOSAL
Cara membuat proposal, tentu sangat
beragam berdasarkan latarbelakang seseorang, bidang pekerjaan yang diembani,
kebiasaan (budaya) kelompok dampingan. Semuanya
bertujuan agar pihak yang terlibat baik sponsor, pelaksana program
maupun kelompok dampingan bisa mengetahui secara tepat peran yang dimainkannya
dalam program tersebut. Berikut ini saya
membeberkan beberapa hal yang sangat diperlukan dalam membuat sebuah proposal.
1. Merumuskan latarbelakang secara
jelas
Tuliskan hal-hal yang melatarbelakangi
proyek yang direncanakan : historis, geografis, demografis, situasi dan kondisi
ekonomi sosial budaya setempat, masalah utama yang dihadapi dan sebab masalah
tersebut, upaya yang sudah dilakukan, usaha-usaha yang perlu ditangani melalui proyek ini. Mengapa diperlukan
penanganan ?
2. Secara spesifik mengungkapkan tujuan
dan sasaran
Tulis perubahan kesadaran, perubahan
sikap dan perilaku, perubahan kualitas
hidup, serta pertumbuhan solidaritas yang ingin dicapai melalui proyek ini.
3. Kelompok sasar atau kelompok
dampingan harus diidentifikasi secara jelas.
- Berapa
orang yang akan menikmati hasil proyek secara langsung (Direct benefit)
-
Berapa jumlah orang yang ikut
menikmati hasil proyek secara tidak langsung (indirect benefit)
4. Dampak proyek bagi Lingkungan
- Perubahan
positif apa yang akan dicapai proyek ?
- Perubahan
negatif apa yang mungkin muncul ?
5.
Secara terperinci menjelaskan mekanisme
kerja, cara bagaimana kegiatan itu dilaksanakan.
- Bagaimana
mekanisme kegiatan tersebut dilakukan ?
6. Kapan dimulai dan kapan selesai ?
7.
Gambarkan juga keberlanjutan dari
program ini
Misalnya, modal yang digulirkan kepada
para peserta dikenakan biaya 50.000 setiap pencairan yang kemudian akan
dijadikan penambahan modal kelompok kalau ada anggota yang meminta tambahan
jumlah pinjaman.
8. Indikator
Keberhasilan :
Dalam proposal bisa menunjukkan tanda-tanda
sebuah keberhasilan proyek baik secara kualitatif maupun kuantitatif ? Misalnya,
dalam bulan ketiga, para peternak ayam sudah mampu menjual ayam sebanyak 50
ekor.
9. Pelaksana :
Organisasi
dan nama-nama penanggungjawab, pelaksana seluruh proses kegiatan yang
dilakukan.
10. Anggaran biaya (anggaran disesuaikan
dengan kegiatan )
-
Berapa total biaya yang diperlukan ?
Tulis secara terperinci menurut pos-pos pengeluaran, kalau dapat nyatakan
semuanya dalam bentuk nilai rupiah.
-
Berapa jumlah dana swadaya ? Tulis
bagian mana dari pos biaya yang ditanggung setempat minimal 25%.
-
Berapa jumlah bantuan yang diminta dan
untuk apa pemanfaatannya ?
11.
Pengiriman dana
Cantumkan nomor rekening lembaga atau
pemohon.
12. Diusulkan oleh
Isi dengan nama dan tanda tangan pemohon
dan penanggungjawab proyek dan diperkuat dengan stempel lembaga (kalau ada).
Ada beberapa sponsor yang membutuhkan rekomendasi dari seseorang atau institusi
lain yang dipercayai.
PENUTUP
Proposal pada hakekatnya mengandung
seluruh proses implementasi program. Rancangan proposal merupakan ‘bukti’ nyata :
1. bahwa kita memiliki kepedulian terhadap
masalah sosial kemasyarakatan yang saat ini sedang dialami oleh sekelompok
masyarakat,
2.
bahwa kita memiliki kemampuan riil
untuk melaksanakan program tersebut,
3. bahwa kita membutuhkan financial support
untuk menjalankannya,
4. bahwa kita memiliki tanggungjawab moral untuk
mempertanggungjawabkannya secara transparan
5. dan bahwa kita memiliki tanggungjawab moral
untuk menghidupi lembaga, tempat kita
bekerja.
6. bahwa kualitas kita sebagai orang beriman
diukur oleh sejauhmana bagaimana kita merancang, melaksanakan dan
mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan yang sudah ditulis dalam proposal itu.
Bila proposal kita mengandung keenam
unsur tersebut di atas, maka proposal kita tidak hanya dinilai BAIK
tetapi juga ‘alat’ terbaik untuk mengukur kapasitas kita sebagai pewarta
kabar gembira yang memberi manfaat bagi kepentingan banyak orang,
Surabaya, 29 April 2019
Eddy Loke – Anggota Pengurus Komisi PSE KWI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !