Selamat datang di Blog Gereja Katolik Sampit - Keuskupan Palangkaraya - Kalimantan Tengah

Halaman

Rabu, 19 Juni 2019

MERANCANG PROGRAM DAN PROPOSAL DALAM GERAKAN PSE




(Sebuah alat bantu dalam merancang program  )
Untuk Keuskupan Palangkayara, 30 April – 2 Mei 2019


Merancang program atau membuat proposal, seringkali dianggap membuang-buang waktu dan kurang bermanfaat. Lebih baik langsung mengadakan aksi, bukan dengan berlama-lama membuat konsep yang nota bene belum tentu direalisasikan. Apalagi proposal ini berkaitan dengan kegiatan pastoral. Pandangan orang cenderung langsung diarahkan kepada pertanyaan : berapa uang yang digunakan untuk mensukseskan program tersebut. Daripada memikirkan banyak uang yang dikeluarkan, lebih baik langsung  berkegiatan saja. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman bersama berkaitan dengan ‘apa saja’ yang ada dalam sebuah proposal.
         Di dalamnya ada proses yang bertahap dalam siklus proyek untuk memastikan terjadinya proses pengambilan keputusan yang terstruktur dan terinformasikan dengan baik. (Berorientasi pada hasil)
         Berorientasi pada masyarakat yang dilayani karena proses dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan stakeholder yang relevan.
         Proposal yang dirancang secara baik, pasti memikirkan aspek kontinuitas/keberlanjutan atau sustainability.
         Memastikan adanya kerangka berpikir logis ( Logical Framework ) untuk memastikan proses analisis yang konsisten dan berbasis pada penyelesaian masalah.
         Merupakan pendekatan yang terpadu yang menghubungkan antara kebutuhan atau permasalahan yang dihadapi masyarakat dan visi-misi serta orientasi pelayanan lembaga.
         Proposal harus merupakan bentuk tanggungjawab kita terhadap kelompok dampingan dan lembaga tempat kita bekerja.
           Proposal harus dapat memberikan gambaran yang jelas dan transparan tentang apa yang sudah, belum dan akan dilakukan. Proposal tersebut lebih berperan sebagai ‘penuntun’ atau ‘pengarah’ kegiatan.

CIRI SEBUAH PROPOSAL YANG BAIK
1.   Menjadikan kelompok dampingan / kelompok sasar sebagai subyek. Mereka dilibatkan sejak awal.
2.   Berciri  Inside-out = apa yang kita sampaikan, apa yang diungkapkan harus berasal dari apa yang kita alami, rasakan dan lakukan. Dalam kaitan dengan hal ini, banyak sponsor yang menginginkan agar program yang diajukan merupakan kelanjutan dari proses yang sudah dilakukan sebelumnya.  
3.   Terkandung unsur memobilisasi sumber daya (mobilizing resources for people ) dan memobilisasi orang (mobilizing people for resources). Dalam kaitan dengan ini, harus terdiri dari orang-orang yang mampu bekerja (memiliki pengetahuan, skill dan pengalaman) dan pekerjaannya dihargai secara wajar  berdasarkan standar kehidupan yang ditetapkan di suatu daerah.
4.   Di dalamnya terkandung kegiatan yang melibatkan  partisipasi kaum wanita
5.   Kegiatan pemberdayaan diarahkan untuk  memperkuat kedudukan masyarakat sebagai kesatuan yang harus bertumbuh dan berkembang (empowering people for self-reliance).
6.   Memiliki kemampuan swadaya dalam setiap pelaksanaan program.

CARA-CARA MEMBUAT PROPOSAL
Cara membuat proposal, tentu sangat beragam berdasarkan latarbelakang seseorang, bidang pekerjaan yang diembani, kebiasaan (budaya) kelompok dampingan. Semuanya  bertujuan agar pihak yang terlibat baik sponsor, pelaksana program maupun kelompok dampingan bisa mengetahui secara tepat peran yang dimainkannya dalam program tersebut.  Berikut ini saya membeberkan beberapa hal yang sangat diperlukan dalam membuat sebuah proposal.

1. Merumuskan latarbelakang secara jelas 
Tuliskan hal-hal yang melatarbelakangi proyek yang direncanakan : historis, geografis, demografis, situasi dan kondisi ekonomi sosial budaya setempat, masalah utama yang dihadapi dan sebab masalah tersebut, upaya yang sudah dilakukan, usaha-usaha yang perlu ditangani  melalui proyek ini. Mengapa diperlukan penanganan ?

2. Secara spesifik mengungkapkan tujuan dan sasaran
Tulis perubahan kesadaran, perubahan sikap dan perilaku, perubahan  kualitas hidup, serta pertumbuhan solidaritas yang ingin dicapai melalui proyek ini.

3. Kelompok sasar atau kelompok dampingan harus diidentifikasi secara jelas.
-     Berapa orang yang akan menikmati hasil proyek secara langsung (Direct benefit)
-     Berapa jumlah orang yang ikut menikmati hasil proyek secara tidak langsung (indirect benefit)

4. Dampak proyek bagi Lingkungan
-     Perubahan positif apa yang akan dicapai proyek ?
-     Perubahan negatif apa yang mungkin muncul ?

5.   Secara terperinci menjelaskan mekanisme kerja, cara bagaimana kegiatan itu dilaksanakan.
-     Bagaimana mekanisme kegiatan tersebut dilakukan ?

6.   Kapan dimulai dan kapan selesai ?

7. Gambarkan juga keberlanjutan dari  program ini
      Misalnya, modal yang digulirkan kepada para peserta dikenakan biaya 50.000 setiap pencairan yang kemudian akan dijadikan penambahan modal kelompok kalau ada anggota yang meminta tambahan jumlah pinjaman.

8.   Indikator Keberhasilan :
Dalam proposal bisa menunjukkan tanda-tanda sebuah keberhasilan proyek baik secara kualitatif maupun kuantitatif ? Misalnya, dalam bulan ketiga, para peternak ayam sudah mampu menjual ayam sebanyak 50 ekor.

9. Pelaksana :
      Organisasi dan nama-nama penanggungjawab, pelaksana seluruh proses kegiatan yang dilakukan.

10. Anggaran biaya (anggaran disesuaikan dengan kegiatan )
-     Berapa total biaya yang diperlukan ? Tulis secara terperinci menurut pos-pos pengeluaran, kalau dapat nyatakan semuanya dalam bentuk nilai rupiah.
-     Berapa jumlah dana swadaya ? Tulis bagian mana dari pos biaya yang ditanggung setempat minimal 25%.
-     Berapa jumlah bantuan yang diminta dan untuk apa pemanfaatannya ?

11. Pengiriman dana
Cantumkan nomor rekening lembaga atau pemohon.

12. Diusulkan oleh
Isi dengan nama dan tanda tangan pemohon dan penanggungjawab proyek dan diperkuat dengan stempel lembaga (kalau ada). Ada beberapa sponsor yang membutuhkan rekomendasi dari seseorang atau institusi lain yang dipercayai.

PENUTUP
Proposal pada hakekatnya mengandung seluruh proses implementasi program. Rancangan proposal  merupakan ‘bukti’ nyata :
1.   bahwa kita memiliki kepedulian terhadap masalah sosial kemasyarakatan yang saat ini sedang dialami oleh sekelompok masyarakat,
2.  bahwa kita memiliki kemampuan riil  untuk melaksanakan program tersebut, 
3.   bahwa kita membutuhkan financial support untuk menjalankannya,
4.   bahwa kita memiliki tanggungjawab moral untuk mempertanggungjawabkannya secara transparan
5.   dan bahwa kita memiliki tanggungjawab moral untuk menghidupi lembaga, tempat  kita bekerja.
6.  bahwa kualitas kita sebagai orang beriman diukur oleh sejauhmana bagaimana kita merancang, melaksanakan dan mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan yang sudah ditulis dalam proposal itu.

Bila proposal kita mengandung keenam unsur tersebut di atas, maka proposal kita tidak hanya dinilai BAIK  tetapi juga ‘alat’ terbaik untuk mengukur kapasitas kita sebagai pewarta kabar gembira yang memberi manfaat bagi kepentingan banyak orang,


Surabaya, 29 April 2019


Eddy Loke –
Anggota Pengurus Komisi PSE KWI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !