Visi
Kunjungi Situs
http://www.meindonesia.org
Cikal Bakal
Love One Another As I Have Loved You
“Cintailah satu sama lain seperti aku mencintaimu”
Misi
The mission of Worldwide Marriage Encounter is to proclaim the value of marriage dan holy orders in the curch and in the world
“Menyatakan nilai-nilai perkawinan dan imamat dalam gereja dan diseluruh dunia”
Tujuan
Membantu memperbaharui Gereja untuk kepentingan dunia dengan membaharui Sakramen Perkawinan dan Imamat
Ciri Worldwide Marriage Encounter
Worldwide : Universal dengan adanya kesetiaan pada outline dan konsep weekend, kesamaan visi dan perjalanan bersama.
Catholic : menampakkan empat ciri khas Gereja (satu, kudus, katolik dan apostolik) dengan dua Sakramen sosial (Perkawinan dan Imamat) sebagai penggerak utama dalam Gereja.
Marriage Encounter : meneruskan cara hidup berdialog dalam nilai-nilai weekend. Membangun relasi yang akrab dan bertanggung jawab
Marriage Encounter adalah GERAKAN, bukan organisasi
ME adalah gerakan orang yang percaya dan menjalankan cara hidup berdialog. Mereka yang percaya dan menjalani cara hidup seperti itu berjalan bersama menjadi sebuah gerakan. Gerakan ada berdasarkan kesamaan kepercayaan dan visi. Organisasi ada untuk suatu tujuan berdasarkan hak dan kewajiban yang diatur dalam suatu Anggaran Dasar (konstitusi). Dalam gerakan, yang penting bukan hak dan kewajiban, tetapi siapa yang bersedia terpanggil berkat cara hidupnya untuk menjalankan suatu misi dalam mencapai suatu visi.
Marriage Encounter adalah bagian dari Gereja
Dalam konsili Vatikan II telah dijelaskan bagaimana umat beriman berkarya dan hidup dalam dunia modern, untuk masuk dalam tata kehidupan dunia. Dalam melakukan panggilan seperti ini, umat diharapkan lebih berkwalitas dalam iman dan cara hidup kristianinya, hingga dapat menjadi tanda dalam dunia sekitarnya.
Gerakan ME percaya melalui program terbuka dan merasul serta keterlibatan dalam gereja besar dan khususnya dengan cara hidup berdialog dalam nilai-nilai weekend yang nyata dilihat dan dirasakan orang-orang lain akan mempunyai sumbangan besar dalam rangka lebih terealisirnya amanat Konsili Vatikan II, khususnya tentang peranan awam dalam dunia modern.
Terbuka dan Merasul
Dalam rangka memperharui Gereja, ME mempersembahkan pasutri dan imam dengan karisma relasi yang lebih potensial. ME tidak membentuk organisasi dalam Gereja, ME adalah gerakan, ada didalam Gereja, melalui pasutri dan imam yang relasinya telah dipercaya dan berkarya didalam dan melalui kelembagaan Gereja yang telah ada.
Mengingat karisma relasi maka gerakan juga menyediakan program-program untuk meningkatkan relasi bagi anak, remaja, orang tua, pasangan, suster, bruder, pastor dsb. Program seperti ini disebut program terbuka and merasul.
SEJARAH GERAKAN WORLDWIDE WEEKEND MARRIAGE ENCOUNTER
(Sumber : http://www.renungan.com/marriageencounter.php)
Pada tahun1952 di Kota Bercelona-Spayol, Pastor Gabriel Calvo didatangi sepasang suami-istri yang menyatakan secara berpasangan membaktikan dirinya bagi kerasulan untuk untuk suami istri. Sebelum ini mereka memang sudah aktif di paroki, namun mereka sendiri, mungkin si suami di Depar dan si istri di WK. Tapi mereka ingin bersama-sama dalam melakukan kerasulan keluarga .
Mendapat tantangan ini, selama sekitar sepuluh tahun Pastor Calvo dan pasangan tersebut mempersiapkan suatu program yang dianggap sesuai bagi kerasulan untuk pasangan suami-istri, dan pada tahun 1962 di Bercelona itu diadakanlah WEME yang pertama yang waktu itu dalam Bahasa Spayol di sebut sebagai Encuentro Conyugal .
Setelah sukses yang cukup besar di Spayol, maka pada tahun 1966 Pastor Calvo memperkenalkan program ini dalam pertemuan Konggres Internasional CFM ( Christian Family Movement ) yang diadakan di Venezuela, dan dari situ para pemimpin CFM membawa program tersebut ke hampir seluruh Negara di Amerika Latin. Setahun kemudian, pada tahun 1967, Encuentro Conyugal sudah sampai di Amerika Serikat, namun semula masih terbatas bagi mereka yang berbahasa Spayol dan baru pada Agustus 1967 di bawakan dalam bahasa Inggris di Notre Damme dengan sebutan Marriage Encounter.
Perkembangan terjadi begitu cepat. Pada musim panas tahun 1968 ada sekitar 50 pasangan suami istri Team dan 29 Romo dari Spayol di undang ke Amerika untuk mengadakan WEME di mana-mana. Sejak itu ME semakin berkembang, terutama di wilayah Long Island , New York, di bawah pimpinan Pater Chuck Gallagher yang mendalami program ini secara lebih lanjut, hingga pada tahun 1974 berkembang secara internasional dengan nama Worldwide Catholic Marriage Encounter.
“Cintailah satu sama lain seperti aku mencintaimu”
Misi
The mission of Worldwide Marriage Encounter is to proclaim the value of marriage dan holy orders in the curch and in the world
“Menyatakan nilai-nilai perkawinan dan imamat dalam gereja dan diseluruh dunia”
Tujuan
Membantu memperbaharui Gereja untuk kepentingan dunia dengan membaharui Sakramen Perkawinan dan Imamat
Ciri Worldwide Marriage Encounter
Worldwide : Universal dengan adanya kesetiaan pada outline dan konsep weekend, kesamaan visi dan perjalanan bersama.
Catholic : menampakkan empat ciri khas Gereja (satu, kudus, katolik dan apostolik) dengan dua Sakramen sosial (Perkawinan dan Imamat) sebagai penggerak utama dalam Gereja.
Marriage Encounter : meneruskan cara hidup berdialog dalam nilai-nilai weekend. Membangun relasi yang akrab dan bertanggung jawab
Marriage Encounter adalah GERAKAN, bukan organisasi
ME adalah gerakan orang yang percaya dan menjalankan cara hidup berdialog. Mereka yang percaya dan menjalani cara hidup seperti itu berjalan bersama menjadi sebuah gerakan. Gerakan ada berdasarkan kesamaan kepercayaan dan visi. Organisasi ada untuk suatu tujuan berdasarkan hak dan kewajiban yang diatur dalam suatu Anggaran Dasar (konstitusi). Dalam gerakan, yang penting bukan hak dan kewajiban, tetapi siapa yang bersedia terpanggil berkat cara hidupnya untuk menjalankan suatu misi dalam mencapai suatu visi.
Marriage Encounter adalah bagian dari Gereja
Dalam konsili Vatikan II telah dijelaskan bagaimana umat beriman berkarya dan hidup dalam dunia modern, untuk masuk dalam tata kehidupan dunia. Dalam melakukan panggilan seperti ini, umat diharapkan lebih berkwalitas dalam iman dan cara hidup kristianinya, hingga dapat menjadi tanda dalam dunia sekitarnya.
Gerakan ME percaya melalui program terbuka dan merasul serta keterlibatan dalam gereja besar dan khususnya dengan cara hidup berdialog dalam nilai-nilai weekend yang nyata dilihat dan dirasakan orang-orang lain akan mempunyai sumbangan besar dalam rangka lebih terealisirnya amanat Konsili Vatikan II, khususnya tentang peranan awam dalam dunia modern.
Terbuka dan Merasul
Dalam rangka memperharui Gereja, ME mempersembahkan pasutri dan imam dengan karisma relasi yang lebih potensial. ME tidak membentuk organisasi dalam Gereja, ME adalah gerakan, ada didalam Gereja, melalui pasutri dan imam yang relasinya telah dipercaya dan berkarya didalam dan melalui kelembagaan Gereja yang telah ada.
Mengingat karisma relasi maka gerakan juga menyediakan program-program untuk meningkatkan relasi bagi anak, remaja, orang tua, pasangan, suster, bruder, pastor dsb. Program seperti ini disebut program terbuka and merasul.
SEJARAH GERAKAN WORLDWIDE WEEKEND MARRIAGE ENCOUNTER
(Sumber : http://www.renungan.com/marriageencounter.php)
Pada tahun1952 di Kota Bercelona-Spayol, Pastor Gabriel Calvo didatangi sepasang suami-istri yang menyatakan secara berpasangan membaktikan dirinya bagi kerasulan untuk untuk suami istri. Sebelum ini mereka memang sudah aktif di paroki, namun mereka sendiri, mungkin si suami di Depar dan si istri di WK. Tapi mereka ingin bersama-sama dalam melakukan kerasulan keluarga .
Mendapat tantangan ini, selama sekitar sepuluh tahun Pastor Calvo dan pasangan tersebut mempersiapkan suatu program yang dianggap sesuai bagi kerasulan untuk pasangan suami-istri, dan pada tahun 1962 di Bercelona itu diadakanlah WEME yang pertama yang waktu itu dalam Bahasa Spayol di sebut sebagai Encuentro Conyugal .
Setelah sukses yang cukup besar di Spayol, maka pada tahun 1966 Pastor Calvo memperkenalkan program ini dalam pertemuan Konggres Internasional CFM ( Christian Family Movement ) yang diadakan di Venezuela, dan dari situ para pemimpin CFM membawa program tersebut ke hampir seluruh Negara di Amerika Latin. Setahun kemudian, pada tahun 1967, Encuentro Conyugal sudah sampai di Amerika Serikat, namun semula masih terbatas bagi mereka yang berbahasa Spayol dan baru pada Agustus 1967 di bawakan dalam bahasa Inggris di Notre Damme dengan sebutan Marriage Encounter.
Perkembangan terjadi begitu cepat. Pada musim panas tahun 1968 ada sekitar 50 pasangan suami istri Team dan 29 Romo dari Spayol di undang ke Amerika untuk mengadakan WEME di mana-mana. Sejak itu ME semakin berkembang, terutama di wilayah Long Island , New York, di bawah pimpinan Pater Chuck Gallagher yang mendalami program ini secara lebih lanjut, hingga pada tahun 1974 berkembang secara internasional dengan nama Worldwide Catholic Marriage Encounter.
Kunjungi Situs
http://www.meindonesia.org
Sejarah Marriage Encounter di Indonesia
Dikumpulkan oleh: Pastor Chris Purba S.J. dan Pasutri Elly-Rusli
Cikal Bakal
Pada awal mulanya Suster Patricia dari Gembala Baik mengikuti WeekEnd
Marriage Encounter di Amerika, dan ternyata beliau begitu terkesan oleh
WeekEnd tersebut, sehingga sekembalinya di Indonesia beliau memberikan
kesaksian, di mana hadir juga pada waktu itu alm Mgr. Leo Sukoto, Uskup
Agung Jakarta.
Alm Mgr. Leo Sukoto |
Itulah perkenalan pertama alm Mgr. Leo dengan ME, dan perkenalan kedua
terjadi sewaktu beliau mengunjungi Gent, Belgia; untuk melihat Pusat
Konsultasi Perkawinan Keuskupan Gent. Dan di kota itu, alm. Mgr. Leo
berkenalan dengan Pastor Guido Heyrbaut Pr, yang pada waktu itu bertugas
untuk menangani gerakan ME di Belgia, dan inilah sebagian kesan-kesan
beliau pada waktu itu:
Tahun 1975, saya mengunjungi Belgia, untuk melihat Pusat
Konsultasi Perkawinan Keuskupan Gent. Yang saya jumpai adalah seorang
biarawati sebagai penerima tamu dan sekaligus sebagai konsultan.
Masalah-masalah yang umum dan tidak terlalu sulit, ia selesaikan
sendiri, dan hanya tamu-tamu yang membawa problem khusus ia salurkan ke
atas, lantai dua, untuk dibantu oleh tenaga-tenaga ahli; seperti ahli
hukum Gereja, ahli hukum sipil, dokter, psikolog, psikiater dan lain
sebagainya. Dan setelah saya pulang ke rumah penginapan, seorang imam
Jesuit menanyakan maksud kedatangan saya, dan setelah mendengarkan
maksud dan tujuan saya, maka Imam Jesuit tersebut bercerita, bahwa
sekarang ini sudah ada sesuatu yang lebih baru, yakni ‘Marriage
Encounter’. Sore harinya saya dipertemukan dengan Pimpinan ME di
Brussels, yakni seorang imam dan dua pasutri. Mereka menjelaskan apa itu
ME. Saya mendengarkan dengan penuh perhatian, dan di akhir pembicaraan
mereka bertanya: “Bagaimana kalau ME masuk ke Keuskupan Agung Jakarta?”
Dengan sedikit malu saya menjawab: “Saya akan senang sekali, tetapi saya
tidak punya uang untuk membelikan ticket bagi 5 orang”. Sedih dan
kecewa mereka berbisik: “Kami juga orang biasa saja, tidak kaya”.
Kemudian mereka diam sejenak, berunding dan hasilnya disampaikan kepada
saya: “Kalau Bapak Uskup tidak keberatan, berikan kepada kami waktu dua
tahun untuk menabung, syaratnya hanya satu yakni, Bapak Uskup sendiri
harus ikut WeekEnd yang pertama.” Tanpa berpikir panjang, saya
menyetujui, dan untuk penjajakan, saya kemudian meminta bantuan Pastor
A. Heuken SJ, untuk mengikuti WeekEnd di Belgia, beliau mengikuti
WeekEnd tanggal 4-5 dan 6 Juli 1975. Ternyata tidak perlu harus menunggu
dua tahun, karena pada 20 Juli 1975, tibalah para team dari Belgia,
yang terdiri dari Pastor Guido Heyrbaut Pr, Pasutri Inneke & Andre
de Hondt dan Pasutri Simmy & Rene Mues, untuk memulai WeekEnd yang
pertama di Indonesia. Para team ini tidak mengenal bahasa Indonesia, dan mereka hanya mengetahui sedikit sekali tentang kebudayaan Indonesia. Mereka
hanya pernah mendengar, bahwa Timur adalah Timur dan Barat adalah
Barat. Ada banyak keragu-raguan, apakah ME bisa diterima oleh budaya
Indonesia, namun mereka mengetahui bahwa ada satu bahasa universal yang
dimengerti oleh setiap orang yakni bahasa cinta dan bahasa kesaksian dan
mereka juga ingat akan mukjizat Pentakosta.
Mulailah WeekEnd yang pertama, diselenggarakan pada 25-27 juli 1975
di Kompleks Bungalow Evergreen, Tugu-Puncak, dalam bahasa Vlaams,
sehingga hanya para pasutri dan imam yang mengerti bahasa tersebut yang
dapat mengikuti; dan mereka itu adalah:
– Mgr. Leo Sukoto, SJ berpasangan dengan pastor Cor van de Meerendonk,CICM
– Suster Dolores CB berpasangan dengan Suster Caroli
– Pasutri Greta & Tony Trisnadi
– Bapak dan Ibu Marsidi
– dan 7 pasutri lain.
Hasilnya : sungguh luar biasa, para team dan peserta sangat
bersemangat, maka pada hari Rabu minggu berikutnya telah diadakan
pertemuan Rookie bertempat di Susteran Gembala Baik, Jatinegara. Dan
pada hari Jumatnya sampai Minggu di tempat yang sama telah diadakan
semacam Team Training Weekend atau Deeper Weekend untuk semua peserta
dari WE pertama. Hasilnya terpilih 2 pasutri untuk melanjutkan di
Indonesia apa yang telah dimulai oleh para Team dari Belgia. Pastor Piet
Nooy SVD ketika itu menjabat sebagai Ketua Komisi Kesejahteraan
Keluarga dari KAJ berhalangan mengikuti WE yang diadakan pada bulan Juli
1975 itu
Bapak Uskup minta agar ME dikembangkan dan yang terutama harus dapat
dilaksanakan dalam bahasa Indonesia. Maka beliau mengutus Pastor Piet
Nooy SVD, untuk mengikuti WeekEnd di Belgia pada tanggal 1-2 dan 3
Agustus 1975. Beliau berada di sana selama 3 bulan.
Setelah kembali ke Indonesia, beliau mengajak 2 pasutri yakni Tony & Greta serta Bapak dan Ibu Marsidi untuk mengadakan workshop,
dan akhirnya pada tanggal 7-8 dan 9 Mei 1976, mulailah WeekEnd yang
kedua di Indonesia; diadakan Samadi Shalom – Sindanglaya, dengan
menggunakan bahasa Indonesia. WeekEnd dalam Bahasa Indonesia ini tentu
saja sangat memuaskan!
Perkembangan WeekEnd kedua diikuti dengan WeekEnd ketiga tanggal 1-2
dan 3 Oktober 1976; keempat tanggal 5-6 dan 7 Nopember 1976.
Team pemberi WeekEnd hanya mereka berlima. Puaskah mereka? Tentu
tidak! Para team mulai expansinya keluar kota, dan kota yang mendapat
kunjungan pertama adalah Solo. Mereka mengadakan WeekEnd di Solo pada
tanggal 26-27 dan 28 Nopember 1976, mereka kembali lagi ke Jakarta untuk
mengadakan WeekEnd tanggal 14-15 dan 16 Januari 1977. Ternyata satu
minggu kemudian mereka mengadakan expansi lagi keluar kota, kali ini
Semarang mendapat giliran. Mereka mengadakan WeekEnd pertama untuk
peserta dari Semarang pada tanggal 21-22 dan 23 Januari 1977.
Kerja mereka berlima luar biasa, memerlukan tenaga dan kondisi yang
prima. Tenaga manusia ada batasnya, maka mereka mulai mengadakan
rekruting, siapa saja yang menurut mereka dapat mengambil tongkat
estafet ini.
Maka diadakanlah Deeper WeekEnd yang pertama di Indonesia, yakni pada
tanggal 20-21 dan 22 Mei 1977 di Wisma Samadi Klender. Mereka adalah 16
pasutri, 6 dari Jakarta, 2 dari Solo dan 8 dari Semarang, serta 5 orang
Pastor.
Bola salju telah membesar dan mulai menggelinding.
Oleh karena itu maka Sejarah ME distrik I Jakarta tidak akan pernah
terpisah dari terbentuknya sejarah ME Nasional Indonesia, karena dari
Jakarta kemudian menyebar ke seluruh Indonesia, dan sampai sekarang
telah terbentuk 16 Distrik dan 5 wilayah yaitu: Distrik I Jakarta,
Distrik II Semarang, Distrik III Joglolang, Distrik IV Surabaya, Distrik
V Purwokerto, Distrik VI Bandung, Distrik VII Ende, Distrik VIII
Manado, Distrik IX Makassar, Distrik X Malang, Distrik XI Pontianak,
Distrik XII Denpasar, Distrik XIII Cirebon, Distrik XIV Banjarmasin,
Distrik XV Pangkal Pinang, Distrik XVI Maumere dan Wilayah Bogor, Pekan
Baru, Sorong, Samarinda dan Ruteng/NTT.
Hal ini tidak terlepas dari ide awal alm Mgr Leo Sukoto, bersama ke lima founder ME di Indonesia, yang berasal dari Jakarta, yakni alm Pastor Piet Nooy SVD, Tony dan alm Greta, alm bapak dan alm. ibu Marsidi.
Sampai sekarang dari mereka berlima, hanya TONY yang masih hidup
sehat, dan masih tetap berkarya memberikan masukan untuk para mantan leader, baik distrik maupun nasional.
Meskipun masih baru, para team waktu itu sudah sering menghadiri pertemuan internasional. Yang pertama kali berangkat sebagai delegasi Indonesia adalah Mas Di & Mbak Yah bersama Pastor Piet Nooy SVD ke Philadelphia pada tahun 1976. Kemudian pada
21 sampai 26 Juni 1977, untuk pertama kalinya delegasi dari Indonesia
mengikuti konvensi ME Internasional, mereka terdiri dari Pasutri Tony
& Greta dan Pastor Piet Nooy SVD, sebagai wakil dari keluarga besar
Marriage Encounter Indonesia, berangkat ke Los Angeles USA.
Sidang tahunan yang diadakan untuk Asian Region (konferensi pertama
untuk tingkat Asia diadakan di Seoul – Korea Selatan – sekarang Asian
Conference), dihadiri oleh delegasi dari India, Srilangka, Indonesia,
Jepang, Korea, Philipine dan Taiwan.
Sebagai delegasi pertama dari Indonesia yang ikut pada waktu itu
adalah Pastor Piet Nooy beserta Pasutri Tony & Greta, dan hasil dari
sidang itu di Pass on kepada para aktivis dan team di Indonesia.
Pengorganisasian
Pada awal hadirnya ME di Indonesia sebenarnya belum ada pemikiran
tentang struktur organisasi seperti Koordinator Distrik (Kordis) maupun
Koordinator Nasional (Kornas). Berhubung Tony dan Greta bersama Pastor
Piet Nooy SVD lebih sering dikirim ke pertemuan ME Internasional
mewakili Indonesia, mungkin karena itu mereka bertiga dianggap sebagai
Kornas pertama, sekalipun tidak pernah ada pemilihan sebelumnya.
Sedangkan Mas Di & Mbak Yah bersama Pastor Bart Jansen OFMCap ketika
itu lebih banyak berada di dalam negeri, maka mereka diposisikan
sebagai Kordis (Jakarta) sekaligus mengawasi jalannya ME Nasional.
Kemudian setelah ada Team ME (dari luar Jakarta) seperti Semarang,
Jogja/Solo, Surabaya dan seterusnya. barulah terbentuk para Koordinator
Distrik. Kordis I (Jakarta) : Parto & Watiek bersama Pastor Bart
Jansen OFMCap. Kordis II (Semarang): Singgih & Hie bersama Pastor
Jan van Wayenburg SJ. Distrik III (Jogja/Solo): Piet & Floor bersama
Pastor Theo Prayitno SJ. Pada waktu itu Tony – Greta dan Pastor Piet
Nooy SVD baru benar-benar merasakan diri menjadi Kornas. Setelah Piet
meninggal pada 25 – 2 – 1981, kedudukan mereka digantikan oleh Parto
& Watiek bersama Bart Janssen OFMCap.
Setahun kemudian Tony – Greta terpilih bersama Fr. Don McInnis MM
menjadi KorAs (Asian Coordinating Team) dari tahun 1982 – 1984. Semula
mereka mau dipasangkan dengan Fr. Ed Nemmes SJ dari Jepang, namun
berhubung kesehatan beliau sedang tidak baik, ada gangguan yang
memprihatinkan, maka ia menolak pencalonan tersebut. Memang sayang,
karena Tony – Greta telah mengenalnya cukup baik. Dari Fr. Ed mereka
belajar discernment process untuk pemilihan leadership
dalam ME. Pada tahun 1984 Tony – Greta mengundurkan diri dari ACT
(Asian Coordinating Team) berhubung dengan kesehatan Greta. Mereka
digantikan oleh Paul & Nenna Repotente dari Phillipina selaku Asian
Coordinating Team ke-3.
Koordinator Nasional ME Indonesia (1976 – kini)
Koordinator Nasional ke 1 adalah Pasutri Greta – Tony Trisnadi dan Pastor Piet Nooy SVD tahun 1976 – 1981:
Koordinator Nasional ke 2 ialah Pasutri Watik-Parto Widodo dan Pastor Bart Jansen OFMCap tahun 1981 – 1983 :
Koordinator Nasional ke 3 ialah Pasutri Jane – Max Budiarto dan Pastor
Bart Jansen OFMCap tahun 1983 – 1985, kemudian bersama Pastor Taman
Dipoyudo Ocarm tahun 1985 – 1986:
oordinator Nasional ke 4 ialah Pasutri Sri-Warno dan Pastor Taman Dipuyudo Ocarm tahun 1986 – 1989:
Koordinator Nasional ke 5 ialah Pasutri Ida – Charlo Mamora dan Pastor
Taman Dipoyudo Ocarm tahun 1989 – 1990, kemudian bersama Pastor Marc Van
Den Berghe CICM tahun 1990 – 1992:
Koordinator Nasional ke 6 adalah Pasutri Lies-Thalieb Halim dan Pastor
Marc van den Berghe CICM tahun 1992-1994, kemudian dengan Pastor J.B.
Martosudjito S.J tahun 1994-1996
Koordinator Nasional ke 7 ialah Pasutri Susi – Wardi dan Pastor J.B. Martosudjito S.J tahun 1996 – 1999:
Koordinator Nasional ke 8 ialah Pasutri Elly – Rusli Prakarsa dan Pastor J.B. Martosudjito S.J. tahun 1999 – 2001:
Koordinator Nasional ke 9 ialah Pasutri Adriani – Tjahja dan Pastor Wignyasumarta MSF tahun 2001 – 2005:
Koordinator Nasional ke 10 ialah Pasutri Hong – Budi Hendarto dan Pastor Aryono CM tahun 2005 – 2008
Koordinator Nasional ke 11 ialah Pasutri Riana – Suarno dan Pastor Widajaka CM tahun 2009 – 2011
Indonesia beberapa kali menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Conference yaitu:
- 8 – 12 Desember 1980, diwakili oleh Pasutri Greta – Tony Trisnadi dan Pastor Piet Nooy SVD dengan tema „how to plan ME movement among the illeterates, the poor & non catholic”.
- 22 – 27 November 1983, diwakili oleh Pasutri Watiek – Parto Widodo dan Pastor Bart Jansen OFMCap dengan tema „that may be one”.
- 12 – 15 Juni 1990, diwakili oleh Pasutri Ida – Charlo Mamora dan Pastor Marc Van Den Berghe CICM dengan tema „becoming one”.
- 21 – 26 Agustus 2000 diwakili oleh Pasutri Elly – Rusli Prakarsa dan Pastor J.B. martosudjito S.J. dengan tema „intimacy in our sacrament”.
- 6 – 11 Agustus 2007 diwakili oleh Pasutri Hong – Budi Hendarto dan Pastor Aryono CM dengan tema „called to be one”.Disamping itu Indonesia pertama kali mendapat kesempatan menjadi tuan rumah penyelenggaraan World Council Meeting pada tanggal 16 – 23 Januari 2010 di Puri Avia Cipayung.Pohon yang mulai ditanam oleh para pendahulu kita Pasutri Greta – Tony Trisnadi dan Pastor Piet Nooy SVD (WeekEnd pertama 25-27 Juli 1975 dengan team dari Belgia dan WeekEnd pertama dalam bahasa Indonesia 7-9 Mei 1976 dengan team sendiri kini telah menjadi pohon yang besar, berakar kuat, bercabang banyak dan bardaun rimbun. Menuliskan secara lengkap akan memerlukan banyak halaman. Mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan gambaran kepada anda semua sekelumit sejarah ME Indonesia.
Sumber :
http://www.relasi.meindonesia.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !