Selamat datang di Blog Gereja Katolik Sampit - Keuskupan Palangkaraya - Kalimantan Tengah

Halaman

Jumat, 12 Juli 2019

8. Panggilan Kepada Kontemplasi:


60. Bila sampai saat itu latihan-latihgn rohani, devosi-devosi dan doa-doa merupakan sumber kesenangan serta penghiburan bagimu, suatu ketika semuanya itu akan lenyap. Semuanya menjadi hambar, kering. Mungkin engkau mulai berpikir: Mengapa aku mundur? Mengapa Tuhan meninggalkan aku? Jangan-jangan aku telah berbuat salah, sehingga semuanya itu terjadi padaku. Janganlah takut, karena mungkin sekali Tuhan justeru mau menan'kmu lebih dalam, hanya saja engkau belum mengerti. Ia mau memberikan makanan yang lebih baik, lebih bergizi, namun lidah rohanimu belum terbiasa, sehingga engkau belum dapat menikmatinya. Inilah malam gelap inderawi pasif menurut istilah Santo Yohanes Salib. Allah membawamu masuk untuk memberikan kepadamu kebijaksanaan yang lebih luhur dan cintakasih yang lebih besar. Memang bisa jadi, bahwa penghiburan-penghiburan itu hilang, karena engkau tidak setia. Karena itu perlu mengetahui tanda-tandanya, seperti yang diberikan Santo Yohanes Salib:

61. Tanda-tanda itu ialah sebagai berikut:

1. Tak mampu bermeditasi atau merenung dan berdoa seperti biasanya lagi. Tidak mampu lagi memakai fantasi, gambaran, penalaran seperti semula. Semuanya menjadi kering, menjadi hambar. Namun hal itu dapat disebabkan oleh hal lain. Karena itu perlu adanya tanda yang lain.

2. Tidak dapat menemukan kesenangan dan penghiburan yang dapat dirasakan dalam perkara-perkara Allah, dalam devosi-devosi, dalam latihan-latihan rohani lainnya. Juga tidak ada kesenangan dan hiburan dalam perkara-perkara lain. Sebab bila engkau tidak lagi tertarik pada perkara-perkara Allah, namun tertarik pada perkara-perkara lain, perkara-perkara duniawi, misalnya tidak suka berdoa namun senang sekali menonton tv, video, bermain internet, video game, dll, itu bukan kemajuan, melainkan kemunduran.

3. Ingatan dan pikiran pada umumnya terarah kepada Allah, dengan disertai semacam kekuatiran dan ketakutan, bahwa engkau tidak mengabdi Allah dengan benar, bahwa engkau telah mundur, karena tidak lagi mengalami penghiburan yang dirasakan sebelumnya. Orang yang sungguh-sungguh mundur tidak berpikir secara demikian itu, melainkan tenggelam dalam hal-hal lain tanpa memikirkan Allah. Kecuali itu biasanya orang juga tertarik tinggal dalam kesunyian dan keheningan dan tetap berdoa. Tanda ketiga inilah yang paling penting, sebab bila ada kemunduran, orang tidak peduli lagi pada hidup atau latihan rohani, melainkan akan mencari kcsnbukan atau hiburan lain. Karena itu penting sekali, bahwa walaupun engkau merasa kering, engkau terus saja berdoa. Ketekunan dan kesetiaan inilah yang penting.

62. Bila ketiga tanda itu hadir, terutama yang ketiga, engkau dapat yakin, bahwa Allah membawamu kepada kontemplasi ilahi yang gelap. Untuk sementara engkau belum dapat mengertinya dengan baik, tetapi percayalah, bahwa dalam keadaan seperti itu Allah sedang membentukmu. Dalam keadaan demikian itu tinggallah tenang di hadapan Allah, dalam kesadaran samarsamar akan Allah yang hadir, sambil memandang Dia dengan penuh kasih. Bila kemudian engkau tak mampu lagi tinggal hening di hadapan-Nya, ucapkanlah dengan perlahan-lahan nama Yesus, atau doa Bapa Kami perlahan-lahan.

63. Bahkan bila dalam keadaan itu engkau ditarik masuk ke dalam keheningan yang lebih besar, biarkan dirimu ditarik oleh-Nya.

64. Dalam keheningan dan kegelapan itu Allah akan mencurahkan hikmat dan cinta-Nya ke dalam hatimu dengan suatu cara yang melampaui segala pengertian kita. Seperti yang dikatakan Santa Teresa Avila, dalam doa yang penting bukanlah banyak berpikir-pikir tentang Allah, melainkan banyak mencintai Dia. Tujuan doa ialah mengobarkan api kasih ilahi di dalam hati kita. Engkau hanya akan tahu, bahwa hatimu mulai berkobar-kobar karena cinta kepada-Nya, tetapi tanpa mengerti bagaimananya. Tanpa kaumengerti pula, engkau akan menerima pengertian yang lebih mendalam tentang Allah, engkau akan mulai mengenal Allah secara baru, melampaui segala kategori pikir. lnilah yang disebut pengenalan karena konnaturahtas, karena keserasian kodrat, pengenalan karena kasih, yang nilainya jauh lebih tinggi daripada segala pengenalan kodrati yang dapat dicapai oleh kekuatan akal budi kita.

65. Walaupun kontemplasi ilahi itu adalah suatu cara doa yang lebih tinggi dan lebih luhur, namun janganlah engkau memaksa masuk sebelum ditarik oleh Allah sendiri. Kalau tidak, engkau hanya akan membuang waktu saja dan merugikan dirimu, sebab kalau demikian itu bukan kontemplasi, melainkan lamunan kosong.

66. Kekeringan atau malam gelap itu berbeda-beda intensitas dan lamanya bagi tiap-tiap orang. Ada yang dibawa masuk secara mendalam dan lama, ada yang sebentar ditenggelamkan dan sebentar ditarik keluar lagi. Ada yang keringnya lama dan hebat, ada yang hanya sebentar dan tidak terlalu hebat, sesuai dengan rencana Allah dan panggilan serta jawaban masing-masing.

67. Bagi yang melakukan Doa Yesus, perkembangannya dapat menuju dua arah:

1. Nama Yesus semakin menggema dalam hati dan akhirnya menyatu dengan detak jantung, sehingga nama itu terus menggema seturut irama detak jantung dan orang tidak lagi mengucapkannya, melainkan hanya mendengarkannya saja. Dengan demikian, apapun yang dilakukan, nama Yesus terus menggema dalam hatinya.

2. Bagi yang lain suatu ketika malahan tidak mampu lagi mengucapkan nama Yesus itu secara ritmis, karena ditan'k ke dalam keheningan. Waktu itu ada kecenderungan untuk diam di hadapan Allah, hanya memandang Dia saja, seperti dalam kontemplasi. Bila engkau dapat tinggal diam di hadirat Allah sepeni itu dengan kesadaran samar-samar akan kehadiran-Nya, tinggallah tenang secara demikian. Bila tarikan kepada keheningan itu berhenti, ucapkanlah lagi nama Yesus perlahanlahan. Namun di luar waktu doa itu biasanya nama Yesus akan mudah menggema dalam hati.

68. Walaupun dalam kenyataannya hanya sedikit yang dipanggil kepada kontemplasi ilahi ini, namun baiklah hal itu diketahui, sehingga bila ada yang dipanggil, dia akan tahu dan tidak menghalangi karya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !