Rangkaian artikel tentang doa:
Manusia diciptakan dengan kapasitas untuk mengetahui dan mengasihi
Penciptanya. Hal ini dinyatakan dalam doa, sehingga doa menjadi bagian
hakiki dalam kehidupan manusia.
Tulisan ini akan membahas tentang hakekat doa, juga
kesalahan-kesalahan persepsi tentang doa. Pembahasan akan dibagi menjadi
empat bagian, yang terdiri dari:
- Kesalahan persepsi doa (bagian 1): “Tuhan tidak campur tangan dalam kejadian di dunia ini.”
- Kesalahan persepsi doa (bagian 2): “Semua sudah diatur dan ditakdirkan Tuhan, sehingga berdoa tidak merubah apapun.”
- Kesalahan persepsi doa (bagian 3): “Berdoa dapat merubah keputusan Tuhan.”
- Kesimpulan: Kenapa kita harus berdoa?
Mengapa kita berdoa?
Doa sudah menjadi bagian hakiki dari kehidupan semua orang dari semua
agama, karena manusia diciptakan dengan kapasitas untuk mengetahui dan
mengasihi Penciptanya. (KGK, 31, 356, 1721, 2002) Namun pertanyaannya
adalah, kenapa kita harus berdoa? Mungkin kita tidak pernah memikirkan
pertanyaan ini, karena doa sudah menjadi bagian sehari-hari atau mungkin
juga karena doa dianggap tidak penting. Dalam tulisan ini akan
ditelusuri beberapa pertanyaan yang mendasar tentang doa. Pertama kita
akan melihat beberapa kesalahan umum yang tidak hanya dilakukan di jaman
sekarang, namun juga dilakukan dalam sejarah umat manusia. St. Thomas
Aquinas mendefinisikan ada tiga kesalahan umum tentang persepsi doa.
((St. Thomas Aquinas, ST, II-II, q.83, a.2.))
Kesalahan 1: Tuhan tidak campur tangan dalam kejadian di dunia ini.
Argumen yang paling ekstrem adalah karena ketidakpercayaan akan
keberadaan Tuhan. Bagi yang masih mempertanyakan keberadaan Tuhan,
silakan membaca artikel: : Bagaimana Membuktikan Bahwa Tuhan Itu Ada?).
Karena tidak percaya kepada Tuhan atau sesuatu yang lebih besar dari
keberadaan dirinya, maka orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan
tidak merasa perlu untuk berdoa. ((Kalau dilihat dari seluruh kebudayaan
manusia, kita akan menemukan sistem korban, sistem agama (baik yang
percaya satu Tuhan atau banyak tuhan). Hal ini dikarenakan secara alami,
manusia mempunyai keinginan untuk mengenal dan mengasihi penciptanya.))
Selanjutnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa memang Tuhan
menciptakan segala sesuatu; namun setelah penciptaan, Tuhan tidak campur
tangan lagi, dan semuanya berjalan menurut hukum alam berdasarkan
sistem yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Pendapat ini dianut oleh aliran
“deism” ((The Catholic University of America , New Catholic Encyclopedia, Vol. 4: Com-Dyn,
2nd ed. (Gale Cengage, 2002), p. 721-723 – Deism sendiri mempunyai
beberapa aliran, mulai dari yang percaya akan Tuhan dan kehidupan
setelah kematian sampai percaya kepada Tuhan yang hanya menciptakan
dunia dan sistemnya, namun setelah itu berpangku tangan. Pandangan yang
ekstrem ini juga tidak mempercayai kehidupan setelah kematian.)) Aliran
ini menerima ke-Tuhanan hanya dari sisi filosofi, tanpa percaya adanya
wahyu Tuhan. ((Di sini kita melihat bahwa filosofi tanpa dilengkapi
dengan pemahaman wahyu Tuhan menjadi sangat terbatas dan bisa salah. Hal
ini dikarenakan keterbatasan pemikiran manusia. Kalaupun seseorang bisa
mencapai pemahaman dasar tentang Tuhan – seperti keberadaan Tuhan,
Tuhan itu baik, Tuhan itu satu – hal ini hanya bisa dicapai dalam waktu
yang lama. Hal ini nyata ‘dalam pencarian kebenaran’ oleh Aristoteles.))
Menurut pemahaman ini, Tuhan dilihat sebagai seseorang yang yang duduk
di tahta suci dan melihat semua perbuatan manusia dan perjalanan
sejarah, namun Dia tidak melakukan apa-apa.
Dalam kapasitas yang lebih kecil, berapa sering kita mendengar
seseorang mengatakan “Ah, jangan terlalu banyak merepotkan Tuhan. Masa
Tuhan mengatur urusan-urusan yang kecil?” Seolah-olah Tuhan tidak
tertarik untuk membantu manusia dalam urusan-urusan yang kecil. Kadang
urusan yang bagi seseorang dianggap kecil, bagi Tuhan menjadi sesuatu
yang penting untuk kehidupan rohani seseorang. ((Kalau kita menempatkan
diri sebagai orang tua, sebenarnya tidak ada hal yang terlalu kecil bagi
kita untuk urusan anak-anak kita. Sering mereka meminta sesuatu yang
sepele, namun kita akan memberikan perhatian kepada anak-anak kita, agar
mereka mendapatkan kebahagiaan.))
Tuhan menciptakan manusia karena kasih dan untuk menyatakan kemuliaan-Nya.
Pertama, kita harus mempertanyakan kenapa Tuhan menciptakan dunia
ini, terutama kenapa menciptakan manusia menurut gambaran-Nya (Lih Kej
1:26-27). Kalau kita dan juga Deism percaya bahwa Tuhan adalah Maha
dalam segalanya, maka konsekuensinya Tuhan tidak membutuhkan
siapa-siapa, termasuk dunia ini dan manusia. Bisa dikatakan bahwa
keberadaan kita tidak menambah kemuliaan Tuhan, karena Tuhan adalah
absolut baik. Sebaliknya kalau kita berdosa, juga tidak mengurangi
kemuliaan Tuhan, karena Dia maha sempurna.
Dari sini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa motif dari penciptaan
dunia dan manusia adalah karena kasih (KGK, 1604) dan untuk
merefleksikan kemuliaan Tuhan. (KGK, 294) Kalau kita percaya bahwa
keberadaan kita adalah karena kebetulan saja, dan bukan akibat dari
kasih Tuhan, maka pendapat ini sebenarnya sangat tragis. Argumen ini
sama seperti pendapat bahwa keberadaan kita sebagai anak tidaklah
diinginkan oleh orang tua kita, dan hanya terjadi secara kebetulan.
Tentu saja ini adalah kejadian yang tragis. Kemungkinan ini disanggah
oleh Tuhan sendiri, sebab Dia berkata dalam kitab nabi Yesaya, “Dapatkah
seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak
dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan
engkau ” (Yes 49:15). Dengan demikian Tuhan mau menyampaikan bahwa Ia
mengasihi lebih kita lebih daripada ibu kita mengasihi kita.
Jadi kalau kita percaya bahwa Tuhan adalah maha dalam segalanya,
termasuk maha baik dan maha kasih, sangatlah tidak mungkin kalau Tuhan
menciptakan manusia hanya secara kebetulan atau eksistensi manusia
terjadi secara kebetulan. Argumen yang memungkinkan adalah Tuhan
mengasihi manusia. Kasihnya begitu besar kepada manusia, sehingga Dia
memberikan Putera-Nya kepada dunia untuk menebus dosa umat manusia (Lih.
Yoh 3:16). Dan inilah yang dapat menjelaskan keberadaan kita. Karena
kasihlah, maka Tuhan ingin semua manusia mengalami dan turut
berpartisipasi dalam kemuliaan-Nya, yaitu dalam kehidupan abadi di
surga.
Kalau kita percaya bahwa Tuhan adalah kasih, maka akan sulit
membayangkan kepercayaan yang dianut oleh Deism, yaitu Tuhan hanya
berpangku tangan melihat semua yang terjadi di dunia ini, termasuk
penderitaan umat-Nya. Ibaratnya, Tuhan hanya sebagai penonton. Bayangkan
kalau seseorang mempunyai ayah konglomerat. Kemudian orang ini jatuh
miskin sampai menderita kelaparan. Sesuai dengan prinsip dari Deism,
maka konglomerat ini hanya berpangku tangan saja, hanya menonton tanpa
berbuat apapun. Kita bisa simpulkan bahwa perbuatan konglomerat ini jauh
dari kategori kasih. Dengan melihat contoh ini, kita bisa juga
menyimpulkan kepercayaan Deism adalah bertentangan dengan prinsip bahwa
Tuhan adalah kasih.
Orang yang mempunyai kepercayaan Deism, sangat sulit untuk berdoa,
karena mereka tidak melihat gunanya berdoa. Mereka melihat bahwa semua
yang terjadi adalah merupakan hasil usaha mereka tanpa campur tangan
Tuhan. Dan tentu saja ini jauh dari sikap kerendahan hati, sikap utama
yang diperlukan dalam doa. Mari sekarang kita melihat bahwa Allah kita
adalah Allah yang terus bekerja untuk keselamatan umat manusia, dan juga
keselamatan kita masing-masing.
Allah Trinitas dan seluruh isi surga terus bekerja untuk keselamatan seluruh umat manusia.
Orang-orang farisi mengajukan keberatan kepada Yesus, karena Yesus
menyembuhkan orang yang sudah 38 tahun sakit pada hari Sabat. Dan Yesus
menjawab “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga”
(Yoh 5:17). Kemudian sebelum Yesus mengalami penderitaan-Nya, Dia
menjanjikan murid-murid-Nya Roh Kebenaran, yaitu Roh Kudus (Yoh
14;16-18). Dan Roh Kudus menyatakan diri-Nya secara penuh pada saat
Pentakosta (Kis 2:1-40). Kemudian Roh Kudus terus bekerja melalui para
murid, para pengikut Kristus, Gereja, dan melalui kita masing-masing
(melalui rahmat awal yang kita terima lewat sakramen pembaptisan). Roh
Kudus juga terus menerus berkarya untuk memurnikan Gereja dan seluruh
anggota Gereja sampai akhir jaman. Jadi kalau Roh Kudus,
pribadi ketiga dari Trinitas terus bekerja, maka Yesus, pribadi kedua,
dan Allah Bapa, pribadi pertama juga terus bekerja, karena mereka adalah
satu.
Dan karena para kudus di surga berpartisipasi dalam kasih Allah, maka
mereka juga berpartisipasi dalam karya keselamatan seluruh umat manusia
dengan doa-doa syafaat mereka. Di kitab Wahyu diceritakan bagaimana
para kudus mempersembahkan doa mereka (Wah 5:8; 8:3-4). Di sinilah
perannya persatuan para kudus, sehingga umat Katolik berdoa bersama
dengan para kudus di surga.
Tuhan telah bekerja dan sedang bekerja dalam sejarah umat manusia.
Tuhan telah bekerja dan terus bekerja dalam sejarah umat manusia.
Kita melihat bagaimana Tuhan bekerja dalam pembentukan bangsa Israel dan
juga dalam perjalanan bangsa ini, sehingga bangsa Israel menjadi
“bangsa pilihan Allah.” Bangsa pilihan Allah ini mendapatkan arti yang
baru pada saat Yesus mendirikan Gereja-Nya. Sehingga Gereja juga disebut
“Bangsa Pilihan Tuhan yang baru / New People of God.” (LG, 13)
Jadi, Allah kita adalah Allah yang terus bekerja dalam sejarah umat
manusia, juga dalam sejarah kehidupan kita masing-masing. Marilah kita
imani bahwa Tuhan adalah Maha Kasih. Dan dalam kasih-Nya yang tak
terselami, Dia tetap akan campur tangan dalam setiap hal yang kita
alami. Mari kita percayakan kehidupan kita masing-masing ke dalam tangan
Yesus yang juga mengerti akan kehidupan manusia, karena Dia sudah
menjelma menjadi manusia. Mari kita percayakan setiap penderitaan kita
kepada Yesus yang sudah terlebih dahulu menderita buat kita, dan juga
segala sukacita dan kebahagiaan kita yang semuanya berasal dari Allah.
Marilah kita berdoa….
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Ya, Tuhan, pada saat ini aku datang di hadapan-Mu, memohon agar Engkau memberikan kepadaku hati yang rindu untuk bersatu dengan-Mu dalam doa. Berikanlah kepadaku hati yang percaya akan penyelenggaraan tangan-Mu, sebab Engkau adalah Allah yang penuh kasih. Dalam naungan kasih-Mu, bantulah aku setiap hari untuk menyadari bahwa Engkau hadir dalam setiap hal yang aku lakukan. Aku juga mengundang Engkau untuk selalu campur tangan dalam suka maupun duka di dalam kehidupanku. Bunda Maria, para malaikat dan para kudus di surga, doakanlah aku. Dalam nama Yesus, aku naikkan doa ini. Amin.
Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !