36. Inti hidup kristen dan rohani kita ialah relasi pribadi dengan
Tuhan. Tanpa relasi pribadi ini tidak ada hidup rohani. Dan doa
merupakan ungkapannya yang utama. Karenanya doa harus menjadi napas
hidup kita, menyertai kita setiap saat. Bila doa kita otentik, hubungan
dengan Tuhan akan menjadi semakin dalam. Sebaliknya hubungan yang
mendalam akan memberikan kualitas baru pada doa kita. Hubungan pribadi
ini dapat diungkapkan dalam pelbagai bentuk:
5.1. Doa harian
37. Pada waktu bangun pagi, baiklah engkau berdoa sebentar, bersyukur
kepada Tuhan untuk perlindungan-Nya pada waktu malam dan mohon berkat
serta penyertaan untuk hari yang akan dilalui. Boleh ikut doa pagi yang
tertulis atau secara spontan. Yang lain mau berdoa dengan bernyanyi,
silahkan. Yang lain mau mengucapkan doa Bapa kami dan Salam Maria,
silahkan, masing-masing menurut devosinya sendiri. Yang penting engkau
berdoa dengan sungguh-sungguh.
38. Pada waktu malam sebelum tidur, baiklah juga berdoa mohon
perlindungan Tuhan dalam tidurmu. Waktu itu baik kalau doa disertai
pemeriksaan batin untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan yang
kamu alami dan minta ampun untuk kesalahan yang terjadi dan mohon
kekuatan untuk menjadi lebih baik lagi.
5.2. Doa hening dan Doa Yesus
39. Doa hening atau Doa Yesus adalah sebuah bentuk doa yang sederhana,
akan tetapi mampu membawa kita pada kedalaman doa yang besar. Doa ini
merupakan kekuatan hidup kita. Melalui doa ini Tuhan akan dapat
mencurahkan kepada kita cinta dan kebijaksanaan-Nya. Lakukan doa ini
menurut situasimu sendiri, mana yang baik, pagi hari atau malam atau
waktu lain yang paling cocok untukmu masing-masing. Lakukan setiap kali
selama 25-30, pagi dan sore bila memungkinkan.
40. Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan
dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan
agar supaya kedua lutut menempel pada lantai. Mata dapat dipejamkan atau
dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai.
Mata yang terbuka dapat mengurangi pelanturan.
41. Kekuatan doa ini terdapat dalam nama Yesus yang melampaui segala
pengertian itu. Dengan menyerukan nama Yesus, baik waktu doa maupun di
luar waktu doa, hati kita akan ditarik kepada Yesus. Nama Yesus akan
menguasai pikiran dan hati kita dan perlahan-lahan Yesus akan menjadi
pusat hidup kita dan mengubah hidup. kita menjadi indah.
42. Mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan
cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu, namun ini
tidak mutlak. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar napas: suuu. Atau
boleh juga: Tuhannnn --Yesuuussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus
---Putera Allah yang hidup ----Kasihanilah aku ----orang berdosa ini.
Atau: Tuhan Yesus Kn'stus -kasihanilah aku. Namun yang terakhir ini
lebih sulit diritmekan dengan napas, lebih tepat kalau dilakukan secara
lisan saja. Mungkin bagi kebanyakan yang paling mudah ialah: Yeeee suuu
atau Yeeee suuuuss.
43. Bila engkau meritmekannya dengan napas, jangan dipaksa, tetapi
biarlah teijadi secara alami saja. Bila suatu saat engkau ditarik untuk
hening saja, duduk di hadapan T uhan, heninglah saja, tak usah
perhatikan pengucapan nama itu, asal perhatianmu benar-benar terarah
kepada T uhan Bila tidak, serukan terus nama Yesus itu tanpa henti
5.3. Lectio Divina
44. Kalau engkau lebih tertarik pada lectio divina, jangan ragu-ragu
melakukannya, seperti yang diajarkan kepadamu. Ambillah suatu teks Kitab
Suci yang sudah kaukenal dan kaupersiapkan sebelumnya. Lakukan lectio
divina dalam 4 langkah:
Pertama: lectio atau bacaan: bacalah penuh perhatian, perlahan-lahan.
Bertanyalah: Apakah arti teks itu dalam konteksnya dan menurut konteks
kebudayaan waktu itu? Apa pesan teks itu kepada saya?
Kedua: meditatio atau peresapan: resap-resapkan teks atau kalimat
tersebut, khususnya yang menyentuh hatimu. Engkau dapat bertanya: Apa
yang dikatakan Tuhan kepadaku secara pribadi melalui teks ini? Apa
jawabanku pribadi? Kemudian teks atau kalimat yang menyentuh hatimu itu
dapat kauulang-ulangi, kaukunyah-kunyah seperti orang mengunyah tebu
atau permen karet, sampai puas hatimu.
Ketiga: oratio atau doa: berdasarkan teks tersebut berbicaralah dengan
Tuhan dari hati ke hati dan ungkapkan isi hatimu kepada-Nya. Ingatlah,
dalam doa yang terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Tuhan,
melainkan banyak mencintai itulah pesan Santa Teresa Avila.
Keempat: contemplatio atau kontemplasi: sesudah berbicara sejenak,
belajarlah diam, mendengarkan Tuhan, sambil memandang dengan iman Dia
yang hadir dalam lubuk hatimu atau di hadapanmu. Bila perhatianmu tidak
dapat terpusat lagi pada Tuhan yang hadir, kembalilah ke langkah pertama
dan mulai dengan teks atau ayat berikutnya. Proses itu diulangi seperti
di atas sampai waktu yang ditentukan untuk doa telah selesai.
45. Bila engkau setia, Tuhan akan menarikmu ke arah kontemplasi ilahi,
seringkali secara bertahap. Bila pada permulaan bacaan atau peresapan
atau doa porsinya lebih banyak, kemungkinan setelah itu porsinya
terbalik. Mungkin sekali ketika baru saja mulai, engkau akan terdorong
untuk langsung mengungkapkan doamu, memuji atau memuliakan Tuhan. Kalau
demikian, ikutilah dorongan tersebut. Setelah itu secara bertahap engkau
akan ditarik kepada keheningan untuk sekedar memandang Dia yang hadir
dengan penuh kasih. Inilah kontemplasi ilahi. Biarlah itu terjadi secara
bertahap dan natural, jangan dipaksakan. Tetapi bila baru saja mulai
sudah ditarik ke dalam keheningan, biarkan dirimu ditarik kesana.
46. Bila Tuhan menarikmu ke dalam kontemplasi, itu sungguh merupakan
suatu anugerah istimewa dari Tuhan. Kon-templasi ini merupakan bentuk
doa yang paling luhur dan paling efektif dalam pengudusan. Dalam
kontemplasi semacam itu Tuhan mencurahkan kasih dan kebijaksanaan ke
dalam jiwa secara langsung, dari Roh kepada roh, tanpa perantaraan
pancaindera ataupun gagasan ataupun ide-ide. Karenanya kontemplasi ini
juga merupakan aktivitas tertinggi dan paling luhur dari manusia. Namun
walaupun demikian, tanpa tarikan Tuhan, janganlah engkau memasuki
kontemplasi itu, sebab bila demikian, itu bukan kontemplasi ilahi,
melainkan suatu kekosongan yang steril. Untuk mengetahui, apakah engkau
dipanggil kepada kontemplasi, lihat no 57-68.
5.4. Adorasi
47. Bila ada kesempatan berdoalah di hadapan Sakramen Mahakudus, di
gereja atau kapela yang terjangkau olehmu. Bila tidak ada kapela di
dekat rumahmu yang dapat kaukunjungi, lakukan saja Lectio Divina atau
Doa Yesus.
5.5. Devosi-devosi
48. Devosi-devosi tertentu amat perlu, khususnya kepada Bunda Maria,
karena dia adalah Ibu kita seperti yang dikatakan Tuhan Yesus dari atas
salib: “Ibu, inilah, anakmu!” dan lagi “Inilah ibumu!” (Y oh. 19:26.27).
Dengan demikian Yesus menjadikan Maria ibu kita dan kita anaknya.
Karena itu sejak semula Gereja menganjurkan devosi kepada Bunda Maria.
Ungkapan devosi yang terbaik ialah doa Rosario.
49. Bila tertarik pada devosi-devosi lain boleh juga, namun janganlah
menumpuk pelbagai macam devosi, sehingga menjadi beban. Dalam hal ini
devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Maria yang tidak bernoda perlu
mendapat perhatian, misalnya dengan mengikuti Misa pada hari Jumat
pertama untuk Hati Kudus Yesus dan Sabtu pertama untuk Hati Maria yang
tidak bernoda. Betapapun baiknya devosi-devosi itu, namun tidak dapat
menggantikan nilai Sakramen, khususnya Ekaristi, yang merupakan puncak
dan sumber kehidupan kita yang sejati.
5.6. Sikap batin
50. Berdoalah dengan tujuan semata-mata untuk memuliakan Tuhan, untuk
hadir pada Allah saja, bukan untuk mencari kepuasan diri sendiri.
Semakin murni intensi doamu, makin cepat engkau akan berkembang dalam
pengenalan dan kasih Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !