Selamat datang di Blog Gereja Katolik Sampit - Keuskupan Palangkaraya - Kalimantan Tengah

Halaman

Selasa, 09 Juli 2019

5. Hidup Doa



36. Inti hidup kristen dan rohani kita ialah relasi pribadi dengan Tuhan. Tanpa relasi pribadi ini tidak ada hidup rohani. Dan doa merupakan ungkapannya yang utama. Karenanya doa harus menjadi napas hidup kita, menyertai kita setiap saat. Bila doa kita otentik, hubungan dengan Tuhan akan menjadi semakin dalam. Sebaliknya hubungan yang mendalam akan memberikan kualitas baru pada doa kita. Hubungan pribadi ini dapat diungkapkan dalam pelbagai bentuk:


5.1. Doa harian

37. Pada waktu bangun pagi, baiklah engkau berdoa sebentar, bersyukur kepada Tuhan untuk perlindungan-Nya pada waktu malam dan mohon berkat serta penyertaan untuk hari yang akan dilalui. Boleh ikut doa pagi yang tertulis atau secara spontan. Yang lain mau berdoa dengan bernyanyi, silahkan. Yang lain mau mengucapkan doa Bapa kami dan Salam Maria, silahkan, masing-masing menurut devosinya sendiri. Yang penting engkau berdoa dengan sungguh-sungguh.

38. Pada waktu malam sebelum tidur, baiklah juga berdoa mohon perlindungan Tuhan dalam tidurmu. Waktu itu baik kalau doa disertai pemeriksaan batin untuk bersyukur kepada Tuhan atas segala kebaikan yang kamu alami dan minta ampun untuk kesalahan yang terjadi dan mohon kekuatan untuk menjadi lebih baik lagi.

5.2. Doa hening dan Doa Yesus

39. Doa hening atau Doa Yesus adalah sebuah bentuk doa yang sederhana, akan tetapi mampu membawa kita pada kedalaman doa yang besar. Doa ini merupakan kekuatan hidup kita. Melalui doa ini Tuhan akan dapat mencurahkan kepada kita cinta dan kebijaksanaan-Nya. Lakukan doa ini menurut situasimu sendiri, mana yang baik, pagi hari atau malam atau waktu lain yang paling cocok untukmu masing-masing. Lakukan setiap kali selama 25-30, pagi dan sore bila memungkinkan.

40. Ambillah sikap duduk yang baik, entah dengan bersila ataupun dengan dingklik. Yang penting punggung harus tegak. Kalau bersila, usahakan agar supaya kedua lutut menempel pada lantai. Mata dapat dipejamkan atau dibuka. Kalau dibuka arahkan kira-kira satu meter ke depan di lantai. Mata yang terbuka dapat mengurangi pelanturan.

41. Kekuatan doa ini terdapat dalam nama Yesus yang melampaui segala pengertian itu. Dengan menyerukan nama Yesus, baik waktu doa maupun di luar waktu doa, hati kita akan ditarik kepada Yesus. Nama Yesus akan menguasai pikiran dan hati kita dan perlahan-lahan Yesus akan menjadi pusat hidup kita dan mengubah hidup. kita menjadi indah.

42. Mulailah dengan menyebut nama Yesus dengan penuh iman dan cintakasih. Engkau dapat meritmekannya pada irama napasmu, namun ini tidak mutlak. Waktu tarik napas: Yeee, waktu keluar napas: suuu. Atau boleh juga: Tuhannnn --Yesuuussss. Dapat pula: Tuhan Yesus Kristus ---Putera Allah yang hidup ----Kasihanilah aku ----orang berdosa ini. Atau: Tuhan Yesus Kn'stus -kasihanilah aku. Namun yang terakhir ini lebih sulit diritmekan dengan napas, lebih tepat kalau dilakukan secara lisan saja. Mungkin bagi kebanyakan yang paling mudah ialah: Yeeee suuu atau Yeeee suuuuss.

43. Bila engkau meritmekannya dengan napas, jangan dipaksa, tetapi biarlah teijadi secara alami saja. Bila suatu saat engkau ditarik untuk hening saja, duduk di hadapan T uhan, heninglah saja, tak usah perhatikan pengucapan nama itu, asal perhatianmu benar-benar terarah kepada T uhan Bila tidak, serukan terus nama Yesus itu tanpa henti


5.3. Lectio Divina

44. Kalau engkau lebih tertarik pada lectio divina, jangan ragu-ragu melakukannya, seperti yang diajarkan kepadamu. Ambillah suatu teks Kitab Suci yang sudah kaukenal dan kaupersiapkan sebelumnya. Lakukan lectio divina dalam 4 langkah:

Pertama: lectio atau bacaan: bacalah penuh perhatian, perlahan-lahan. Bertanyalah: Apakah arti teks itu dalam konteksnya dan menurut konteks kebudayaan waktu itu? Apa pesan teks itu kepada saya?

Kedua: meditatio atau peresapan: resap-resapkan teks atau kalimat tersebut, khususnya yang menyentuh hatimu. Engkau dapat bertanya: Apa yang dikatakan Tuhan kepadaku secara pribadi melalui teks ini? Apa jawabanku pribadi? Kemudian teks atau kalimat yang menyentuh hatimu itu dapat kauulang-ulangi, kaukunyah-kunyah seperti orang mengunyah tebu atau permen karet, sampai puas hatimu.

Ketiga: oratio atau doa: berdasarkan teks tersebut berbicaralah dengan Tuhan dari hati ke hati dan ungkapkan isi hatimu kepada-Nya. Ingatlah, dalam doa yang terpenting bukanlah banyak berpikir tentang Tuhan, melainkan banyak mencintai itulah pesan Santa Teresa Avila.

Keempat: contemplatio atau kontemplasi: sesudah berbicara sejenak, belajarlah diam, mendengarkan Tuhan, sambil memandang dengan iman Dia yang hadir dalam lubuk hatimu atau di hadapanmu. Bila perhatianmu tidak dapat terpusat lagi pada Tuhan yang hadir, kembalilah ke langkah pertama dan mulai dengan teks atau ayat berikutnya. Proses itu diulangi seperti di atas sampai waktu yang ditentukan untuk doa telah selesai.

45. Bila engkau setia, Tuhan akan menarikmu ke arah kontemplasi ilahi, seringkali secara bertahap. Bila pada permulaan bacaan atau peresapan atau doa porsinya lebih banyak, kemungkinan setelah itu porsinya terbalik. Mungkin sekali ketika baru saja mulai, engkau akan terdorong untuk langsung mengungkapkan doamu, memuji atau memuliakan Tuhan. Kalau demikian, ikutilah dorongan tersebut. Setelah itu secara bertahap engkau akan ditarik kepada keheningan untuk sekedar memandang Dia yang hadir dengan penuh kasih. Inilah kontemplasi ilahi. Biarlah itu terjadi secara bertahap dan natural, jangan dipaksakan. Tetapi bila baru saja mulai sudah ditarik ke dalam keheningan, biarkan dirimu ditarik kesana.

46. Bila Tuhan menarikmu ke dalam kontemplasi, itu sungguh merupakan suatu anugerah istimewa dari Tuhan. Kon-templasi ini merupakan bentuk doa yang paling luhur dan paling efektif dalam pengudusan. Dalam kontemplasi semacam itu Tuhan mencurahkan kasih dan kebijaksanaan ke dalam jiwa secara langsung, dari Roh kepada roh, tanpa perantaraan pancaindera ataupun gagasan ataupun ide-ide. Karenanya kontemplasi ini juga merupakan aktivitas tertinggi dan paling luhur dari manusia. Namun walaupun demikian, tanpa tarikan Tuhan, janganlah engkau memasuki kontemplasi itu, sebab bila demikian, itu bukan kontemplasi ilahi, melainkan suatu kekosongan yang steril. Untuk mengetahui, apakah engkau dipanggil kepada kontemplasi, lihat no 57-68.

5.4. Adorasi

47. Bila ada kesempatan berdoalah di hadapan Sakramen Mahakudus, di gereja atau kapela yang terjangkau olehmu. Bila tidak ada kapela di dekat rumahmu yang dapat kaukunjungi, lakukan saja Lectio Divina atau Doa Yesus.

5.5. Devosi-devosi

48. Devosi-devosi tertentu amat perlu, khususnya kepada Bunda Maria, karena dia adalah Ibu kita seperti yang dikatakan Tuhan Yesus dari atas salib: “Ibu, inilah, anakmu!” dan lagi “Inilah ibumu!” (Y oh. 19:26.27). Dengan demikian Yesus menjadikan Maria ibu kita dan kita anaknya. Karena itu sejak semula Gereja menganjurkan devosi kepada Bunda Maria. Ungkapan devosi yang terbaik ialah doa Rosario.

49. Bila tertarik pada devosi-devosi lain boleh juga, namun janganlah menumpuk pelbagai macam devosi, sehingga menjadi beban. Dalam hal ini devosi kepada Hati Kudus Yesus dan Hati Maria yang tidak bernoda perlu mendapat perhatian, misalnya dengan mengikuti Misa pada hari Jumat pertama untuk Hati Kudus Yesus dan Sabtu pertama untuk Hati Maria yang tidak bernoda. Betapapun baiknya devosi-devosi itu, namun tidak dapat menggantikan nilai Sakramen, khususnya Ekaristi, yang merupakan puncak dan sumber kehidupan kita yang sejati.

5.6. Sikap batin

50. Berdoalah dengan tujuan semata-mata untuk memuliakan Tuhan, untuk hadir pada Allah saja, bukan untuk mencari kepuasan diri sendiri. Semakin murni intensi doamu, makin cepat engkau akan berkembang dalam pengenalan dan kasih Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anad Sopan,Kami pun Segan . . . !